Oleh : Fariq Gasim Anuz
Orang tua yang memiliki anak perempuan, amat sangat menginginkan putrinya memperoleh jodoh suami yang shalih, bertanggung jawab dan penyayang. Mengharapkan menantunya itu bijaksana, memuliakan putrinya, dapat membimbingnya ke jalan yang diridhai Allah, dan membahagiakannya lahir batin, dunia akhirat.
Tapi terkadang, yang dialami putrinya justru penderitaan dan tekanan jiwa karena sikap buruk suaminya. Namun putrinya berusaha untuk tidak mengadukan keburukan suaminya kepada orang tua atau saudaranya. Ia sering menerima bentakan dan amarah suami. Kata-kata yang menyakitkannya berupa kata kasar, menjelekkan orang tuanya, selalu menyalahkannya, tidak pernah memujinya dan macam macam perlakuan yang membuatnya tidak merasa aman dan nyaman.
Terpaksa putrinya mengadu kepada orang tuanya. Orang tua yang bijaksana, akan menasihati putrinya untuk sabar, mengevaluasi diri, tetap melihat kebaikan kebaikan suaminya.
Bahkan orangtua mendoakan menantunya agar dapat memperbaiki kekurangan atau kesalahannya.
Prof. DR. Muhammad Mukhtar Asy Syinqithi dalam ceramahnya pernah menceritakan kisah orang tua yang galau karena menantu laki-lakinya sering memukul putrinya dan bersikap kasar kepadanya. Lalu kedua orang tua putri tersebut berangkat Umrah dari tempat tinggalnya di Madinah. Keduanya berdoa terus saat umrah agar Allah melembutkan hati menantunya dan menjadikan rumah tangga putrinya, harmonis, sakinah mawaddah warahmah. Baru saja selesai umrah, putrinya menelpon ayahnya, mengabarkan berita gembira bahwa suaminya menangis, menyesali kedzalimannya selama ini, meminta maaf kepadanya dan berjanji untuk menunaikan amanat menjadi suami yang baik. Alhamdulillah, Allah memberikan kesudahan yang baik bagi orang yang bertakwa dan sabar.
Bagi kita yang tinggal jauh dari tanah suci, maka banyaklah berdoa di waktu waktu yang mustajab, seperti sepertiga terakhir di waktu malam, di sore hari jumat, saat safar, antara adzan dan iqomat. Carilah anak anak yatim, usaplah kepala mereka, berilah mereka makan dengan makanan yang biasa kita makan. Banyaklah beristighfar dan bertaubat kepada Allah.
Adapun orang tua yang sudah merasa sakit hati, tidak mudah memaafkan atau melupakan kesalahan menantunya, Islam mengajarkan agar kita memaafkan orang yang berbuat salah kepada kita. Semoga Allah memaafkan dosa dosa kita. Islam mengajarkan agar membalas keburukan dengan kebaikan. Orang tua harus mampu menjadi pendidik bukan hakim! Takwa dan sabar akan membuahkan kebahagiaan.
Seringkali istri mudah memaafkan dan melupakan kesalahan suami. Ia masih mencintai suaminya dan optimis suatu saat suaminya akan memperbaiki kesalahannya. Proses perbaikan membutuhkan waktu. Apalagi istri menilai adanya perubahan dari suaminya ke arah yang lebih baik.
Seringkali orang tua mudah terbawa emosi dan turut intervensi sehingga mengeruhkan dan menjadikan konflik suami istri semakin parah lagi. Bahkan terkadang orang tua memerintahkan putrinya untuk berpisah dengan suami.
Seorang suami hendaknya menganggap mertua layaknya orang tuanya sendiri. Jika mertua memiliki sifat yang buruk dan pernah menyakitinya, jangan sekali kali memberitahukannya kepada istrinya. Dia harus menjaga perasaan istrinya yang sangat mencintai keluarganya, agar cinta antara suami istri tetap langgeng. Suami harus menyadari bahwa dirinya juga memiliki kekurangan dan kesalahan. Berdoalah agar Allah memperbaiki diri kita dan mertua kita.
Seorang suami janganlah menceritakan kekurangan dan kesalahan istri kepada orang tua suami atau mertuanya. Sebagaimana istri juga jangan sekali kali menceritakan aib suaminya kepada orang tua istri, mertua, atau siapapun. Selama masalah suami istri bisa diselesaikan berdua, maka tidak perlu ada orang ketiga atau keempat. Suami yang bijak adalah suami yang sabar dan selalu berkomunikasi dengan istrinya dengan baik. Suami adalah pengganti ayah, suami adalah guru untuk istrinya.
Teruslah kita memperbaiki hubungan kita dengan Allah, niscaya Allah akan memperbaiki hubungan kita dengan manusia. Allah Maha Penyayang kepada kita melebihi sayang orang tua terhadap anaknya. Diantara bentuk kasih sayang Nya dengan menegur kita melalui konflik rumah tangga atau lainnya dikarenakan dosa dosa kita, agar kita kembali kepadaNya.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam (teladan) bagi orang-orang yang bertakwa.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”
27 Jumadil Akhir 1440 H /
4 Maret 2019 M