Bukanlah seorang mukmin apabila dirinya kenyang sementara tetangganya lapar”. Demikian hadits Shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam yang diriwayatkan Hakim.

Diantara faidah dari puasa baik di bulan Ramadhan atau selainnya adalah melembutkan hati dan mengasah kepekaan jiwa. Dengan kita merasakan lapar dan haus di siang hari saat puasa, kita merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudara kita dari kaum fakir miskin. Timbul kepedulian dan semangat berbagi dengan memberinya makan dan sedekah sesuai dengan apa yang dibutuhkan saudara kita.

Kita melihat pemandangan yang indah di teras Ka’bah dan di Masjidil Haram. Ketika tawaf, ada banyak jamaah Umrah yang membawa anak balita. Dan banyak juga jamaah Umrah dari negara lain yang menyediakan permen/coklat di dalam tas kecilnya. Ketika anak balita itu menangis, maka jamaah Umrah yang berada di belakangnya spontan membuka tas kecilnya dan mengeluarkan coklat atau permen. Jamaah memberikannya kepada ayah atau ibu anak tersebut agar mereka yang memberinya kepada si anak. Subhanallah spontan anak kecil itu berhenti dari tangisannya.

Saat tawaf, banyak orang berdiri di sekeliling Ka’bah bersedekah dengan tisu. Banyak jamaah Umrah yang kepanasan dan berkeringat mengambil tisu secukupnya dan mengusap keringat dengan tisu tersebut.

Banyak kaum muslimin yang memberikan ta’jil dan air zam-zam kepada jamaah yang akan berbuka puasa di Masjidil Haram.

??????

Seorang muslim ikut merasakan kesusahan orang miskin dan janda. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, ” Orang yang memberikan kecukupan kepada para janda dan orang-orang miskin, sama seperti seorang mujahid di jalan Allah atau seperti orang-orang yang selalu shalat di malam hari dan berpuasa di siang hari” (HR. Bukhari)

Seorang muslim ketika diminta untuk mendamaikan orang yang berselisih ia akan berusaha mendamaikan dengan adil meskipun resikonya ia tidak disukai oleh salah satu atau kedua belah pihak.

Seorang muslim ketika melihat kedzaliman ia tidak akan berpangku tangan. Ia akan membela orang yang didzalimi dan menolong orang yang berbuat dzalim agar ia kembali ke jalan yang benar.

Jika kita bertiga, kita tidak berbisik-bisik berdua karena hal yang demikian membuat sedih orang yang ketiga.

Jika kita berjumpa teman di jalan, ia bersama temannya lagi yang tidak kita kenal. Kita menyalami dan berjabat tangan dengan kedua orang tersebut.

Jika kita sedang mengendarai kendaraan bermotor dan berada di lampu merah, kita tidak akan berhenti di jalur kiri menutupi kendaraan di belakang kita yang akan belok kiri.

Kalau kita di rumah (di kantor /di sekolah/ di pondok pesantren) kita tidak akan membiarkan lampu menyala padahal hari telah terang atau kita sudah selesai menggunakan lampu.

Kita tidak akan membiarkan keran air kamar mandi mengalir jika kita sudah selesai mandi atau keperluan lainnya. Bahkan jika kita mendengar suara keran air mengalir padahal tidak ada orang di kamar mandi, kita perlu mengecek ke kamar mandi dan mematikan keran air agar air tidak terbuang percuma.

Kalau kita sedang mengendarai kendaraan bermotor di jalan dan melewati genangan air, kita akan memperlambat kecepatan kendaraan agar orang yang berjalan kaki tidak terguyur air genangan tersebut.

Semoga Allah melembutkan hati kita semua, membimbing kita untuk selalu bersikap empati kepada sesama dan mengaruniakan kepada kita sebagai orang-orang yang bertakwa. amin.

???????

Oleh : Ustadz Fariq Ghasim Anuz

By Radio Kita FM Cirebon

Radio Kita 94.3 FM Cirebon. SMS/WA 085210943943, Telpon On Air: (0231) 488281

Leave a Reply