ramadhan_mubarak____by_famz

  1. Membaca Al-Qur’an dengan penu kesungguhan

Ada dua perkara yang perlu saya sampaikan kepada saudaraku sekalian berkenaan dengan keadaan Salafush Shalih di bulan scui ini:

 

  • Banyak Membaca al-Qur’an

Pada Bulan Ramadhan adalah bulan al-Qur’an. Kita semua dianjurkan agar memperbanyak membaca al-Qur’an pada bulan ini. Di antara keadaan Salafush Shalih adalah selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang berkaitan dengan dengan al-Qur’an (mulai dari membaca, mempelajari dan mentadabburinya). Malaikat Jibril memperdengarkan al-Qur’an kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pada bulan ramadhan. Utsman bin Affan mengkhatamkan al-Qur’an setiap hari pada bulan ramadhan.

Di antara Salafus Shalih ada yang mengkhatamkankan al-Qur’an dalam shalat Tarawih tiap tiga malam sekali. Sebagian lagi setiap tujuh malam sekali. Sementara sebagian lainnya mengkhatamkannya setiap sepuluh malam sekali. Mereka selalu membaca al-Qur’an, baik dalam shalat maupun di luar shalat. Bahkan Imam asy-Syafii dapat mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak enam puluh kal di luar shalat pada bulan ramadhan. Sementara al-Aswad mengkhatamkannya setiap dua hari sekali. Adapun Qatadah selalu mengkhatamkannya setiap tujuh hari sekali di luar ramadhan, sedangkan di bulan Ramadhan beliau mengkhatamkannya setiap tiga hari sekali dan pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan beliau selalu mengkhatamkannya setiap malam. Pada bulan Ramadhan Imam az-Zuhri menutup majlis-majlis hadits dan majlis-majlis ilmu yang beliau biasa isi. Beliau mengkhususkan diri membaca al-Qur’an dari mushaf. Begitu pula dengan Imam ats-Tsauri beliau meninggalkan ibadah lain dan mengkhususkan diri dengan membaca al-Qur’an.

Ibnu Rajab berkata,”Larangan mengkhatamkan al-Qur’an kurang dari tiga hari tertuju bagi yang membiasakan hal itu. Adapun pada waktu-waktu yang utama seperti bulan Ramadhan, terkhusus lagi pada malam-malam yang diperkirakan malam Lailatul Qadar, atau di tempat-tempat yang utama, seperti Makkah bagi selain warga Makkah, maka dianjurkan agar memperbanyak membaca al-Qur’an. Supaya mendapat keutamaan dari waktu dan tempat yang mulia tersebut. Demikinlah yang dapat kita saksikan dari kebiasaan mereka sebagaimana yang telah kita sebutkan tadi.

  • Menangis Tatkala Membaca atau mendengar al-Qur’an

Mendengar al-Qur’an seperti mendengarkan syair tanpa mentadabburinya bukanlah contoh dari Salafus Shalih. Bahkan jiwa mereka bergetar dan sanubari mereka tersentuh begitu mendengar untaian Kalamullah dibacakan.

Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa ia berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,”Bacalah al-Qur’an untukku!” Aku berkata,”Apakah aku membacakan untukmu sedangkan ia diturunkan kepadamu?” Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Aku senang mendengarkannya dari orang lain.” Aku pun membacakan untuknya surat an-Nisa’, hingga sampai pada ayat yang berbunyi,
{ فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ شَهِيدًا }
(Maka bagaimanakah) keadaan orang-orang kafir nanti (jika Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi) yakni nabi mereka masing-masing yang menyaksikan amal perbuatan mereka (dan Kami datangkan kamu) hai Muhammad (sebagai saksi atas mereka itu) yakni umatmu.”(An-Nisa’ : 41)
beliau berkata “Hasbuka (cukup).”  Aku menoleh kepada beliau, ternyata kedua mata beliau meneteskan air mata.”

Imam Baihaqi meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, ia berkata, “Tatkala turun ayat :
{ (60). وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ (59). أَفَمِنْ هَٰذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ }

Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?.” (An-Najm : 59-60)

Ahlus Suffah (orang yang bermukim di serambi masjid Nabi) menangis hingga tetesan air mata membasahi pipi mereka. Ketika hal itu didengar oleh Rasulullah, beliau tersentuh dan ikut menangis bersama mereka. Melihat hal itu kami pun turut menangis. Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda
لا يلج النارمن بكى من خشية الله

Tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah”

Suatu ketika Abdullah bin Masu’ud membaca surat al-Muthaffifin, tatkala sampai pada ayat yang berbunyi

يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ

“(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?”(Al-Muthaffifin : 5)
beliau menangis hinga bersimpuh dan tidak mampu melanjutkan ayat berikutnya.

Diriwiyatkan dari Ibrahim Asy’ats, ia berkata, “Pada suatu malam aku mendengar Fudhail tengah membaca surat Muhammad hingga beliau menangis dan mengulang-ulang ayat yang berbunyi:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.(Muhammad: 31)

Beliau berkata, “dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwal kalian!” Beliau terus mengulang-ulang, “Agar Engkau menyatakan baik buruknya hal ihwal kam!” Jika engkau nyatakan hal ihwal kami, akan tersingkaplah borok-borok kami. Jika Engkau nyatakan hal ihwal kami, niscyaya Engkau akan mengadzab kami,” sedangkan beliau tetap menangis

 

By Radio Kita FM Cirebon

Radio Kita 94.3 FM Cirebon. SMS/WA 085210943943, Telpon On Air: (0231) 488281

Leave a Reply