Catatan kajian bersama Syaikh Fahad Al-Anazi;
1. Tema yang diambil dalam kajian ini bersumber dari sebuah hadits yang besumber dari periwayatan sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma dimana ia diajarkan beberapa kalimat. Diantaranya : “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jika ingin meminta, maka mintalah kepada Allah”.
2. Ibnul Jauzi rahimahullah menyebut : Hadits ini merupakan sepertiga dari ilmu mengingat besar dan agungnya faidah-faidah dari hadits terbut.
3. Menjaga Allah maksudnya adalah menjaga perintah-perintahnya dengan cara mengamalkannya, serta menjaga larangan-larangannya dengan cara meninggalkanya.
4. Diantara sebab terbesar untuk mendapatkan penjagaan dari Allah mengaplikasikan tauhid dengan sebenar-benarnya. Dalam sebuah hadits, Muadz bin Jabal radliyallaahu anhu pernah ditanya oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
“Apakah hak Allah terhadap hamba-nya, dan apakah hak hamba terhadap Allah?”.
Muadz menjawab : “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab : Hak Allah dari hamba-Nya adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan hak hamba dari Allah adalah Dia tidak akan mengadzab mereka yang tidak mempersekutukan-Nya.
5. Diantara contoh penjagaan Allah terhadap hamba-Nya yang bertauhid adalah kisah Nabi Ibrahim alaihissalam. Sebagaimana diketahui, Nabi Ibrahim adalah imamnya orang-orang yang bertauhid. Bahkan beliau berdoa agar menjaga diri dan keluarganya agar tidak terjatuh kepada perbuatan kesyirikan. Dalam salah satu firman-Nya, Allah mengisahkan tentang Nabi Ibrahim dan doa yang dipanjatkannya :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala, “(QS Ibrahim : 35)
Karena itulah ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api, terlihat wujud ketauhidan dari Nabi Ibrahim dimana beliau mengatakan : Cukuplah Allah sebagai penolong bagi kami.
Allah pun kemudian mengatakan :
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, (QS Al-Anbiya : 69)
6. Diantara sebab penjagaan Allah terhadap hamba-Nya adalah bagaimana seorang hamba bisa menjaga shalatnya. Dan kadar penjagaan Allah terhadap hambanya sesuai dengan kadar penjagaan hamba terhadap shalat yang ia lakukan.
Sebagaimana diketahui bahwa shalat akan menjadi amalan yang pertama kali dihisab dan menjadi tanda baiknya amalan lainnya.
Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam betul-betul memperhatikan masalah shalat bahkan ketika beliau mau meninggal dunia, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata :
الصلاة الصلاة وما ملكت أيمانكم
Jagalah shalat, jagalah shalat. Dan berbuat baiklah kepada hamba sahaya kalian.
7. Diantara sebab penjagaan Allah terhadap hamba-Nya adalah bagaimana ia bisa menjaga diri untuk terus bersuci. Yang dimaksud adalah menjaga kesucian baik dhahir ataupun batin. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
لا يحافظ على الوضوء إلا مؤمن
“Tidaklah seseorang menjaga wudhu-nya melainkan ia adalah seorang yang beriman”
Begitu pula menjaga kesucian batinnya. Menjaga mata dari pandangan yang diharamkan. Menjaga telinga dari pendengaran yang tidak dibolehkan. Serta seluruh anggota badannya dijaga dari perkara-perkara kemaksiatan.
Allah mengingatkan hamba-Nya agar mampu menjaga anggota badannya karena akan ada pertanggungjawaban yang diminta, sebagaimana dalam salah satu firman-Nya:
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS Al-Isra : 36)
8. Diantara sebab penjagaan Allah terhadap hamba-Nya adalah ketika ia mampu menjaga amalan-amalan yang sifatnya sunnah. Seorang hamba, ketika mampu mengamalkan amalan sunnah, maka tentu ia juga menjaga amalan-amalan wajibnya.
9. Diantara sebab penjagaan Allah terhadap hamba-Nya adalah ketika seorang hamba mampu menjaga dirinya ketika sedang dalam kesendirian, tidak berada di depan manusia. Karena ia sadar bahwa ia senantiasa diawasi oleh Allah dan dicatati semua amalan perbuatannya. Sebagaimana disebutkan :
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ – وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ – إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dia melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS : As-Syuara : 218-220)
Dan juga ayat-ayat lainnya yang menyebutkan tentang bagaimana Allah Maha Melihat seorang hamba baik ketika ia sedang bersama dengan manusia ataupun ketika ia sedang bersendirian.
Ketika seorang hamba mampu menjaga dirinya secara terus menerus, maka berarti ia mampu menjaga keistiqamahan. Allah memberi kabar gembira terkait orang-orang yang mampu menjaga keistiqamahan dalam salah satu firman-Nya :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS Fushilat : 30)
Diringkas oleh admin FP Ponpes As-Sunnah Cirebon.
Cirebon, 28 Agustus 2019
Masjid Jami’ As-Sunnah