[ ASSUNNAH : KITA TEMPUH JALAN DAMAI ]
Cirebon. 26/08/15. Tidak tahlilan, muludan dan lain-lain adalah masalah perbedaan ilmiyah yang sudah biasa terjadi di masyarakat. Sejak tahun 1920 an sudah ada dua ormas besar yang berbeda pemahaman tentang hal tersebut. Perbedaan ilmiyah yang sudah dianggap biasa di negeri ini, persaudaraan tetap terjaga, saling menghormati, masing-masing berjalan sesuai keyakinan, tidak saling melarang atau mengusir.
Namun tidak demikian yang terjadi di desa Sampiran Blok Plaosan, berbekal informasi yang mengandung fitnah dari provokator juga kurangnya tingkat keilmiyahan dan toleransi membuat mereka mudah disulut emosi untuk mendemo, mengusir, menteror rumah-rumah 9 orang pemuda yang masih merupakan saudara sekampung mereka. 9 Orang pemuda yang secara keyakinan mereka tidak ada masalah kesesatan yang ditentukan dalam kriteria sesat MUI, taat beragama, taat kepada pemerintah, warga NKRI yang baik.
Dalam pergaulan 9 orang ini adalah profil para pemuda sederhana yang pendiam, sopan dan tidak berbicara macam-macam, tidak suka mengajak-ngajak kepada keyakinannya, tidak pernah melarang-larang orang, mereka hanya melaksanakan keyakinan untuk diri mereka sendiri, mereka kebetulan bertemu karena satu keyakinan setelah mendengar radio dakwah yang memberikan pencerahan tentang pemurnian Islam semisal ormas yang sudah ada. Namun karena provokasi, beberapa hari lalu mereka menjadi korban salah sangka berupa didemo, diancam, diusir, diteror, bahkan sampai ‘disyahadatkan ulang’ oleh penduduk kampung.
Setelah mengharap lindungan Alloh Ta’ala, kini mereka dalam lindungan dan binaan dari Kantor Hukum Peduli Muslim& Associates, melalui Ponpes Assunnah Cirebon insya Alloh merekapun akan dibantu untuk mediasi damai. Namun, agar secara psikologis keluarga dan anak-anak mereka lebih aman dan tentram maka Ponpes Assunnah akan mencarikan kontrakan selama 1 tahun dengan bantuan para donatur.
Ketua Yayasan Assunnah KH.Muhammad Toharo, Lc yang merupakan lulusan Universitas Islam Madinah, Arab Saudi melalui kami sekretaris Ponpes/Yayasan Assunnah Cirebon, Diding Sobarudin,A.Md menyatakan bahwa mereka penduduk kampung Plaosan itu adalah saudara kita se-iman, kami yakin mereka bisa diajak duduk untuk berdiskusi dan mencari solusi secara ilmiyah secara bertahap dengan asas persaudaraan dan kekeluargaan. Selanjutnya insya Alloh kedepan kami Ponpes Assunnah akan secara bertahap mengadakan kegiatan ta’aruf, dialog, diskusi, mediasi, dan kegiatan sosial di wilayah Desa Sampiran dan wilayah lainnya di berbagai pelosok wilayah Kota dan Kabupaten Cirebon.
Semoga kedepan kejadian provokasi seperti ini tidak terulang, sejatinya masyarakat diharapkan lebih cerdas mensikapi perbedaan seperti ini, biarlah masing-masing menjalankan keyakinannya secara ilmiyah, tidak mudah terprovokasi untuk diadudomba dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin ummat Islam terpecah belah atau mengambil kepentingan untuk pribadi dan golongannya.
Kami sebagai Yayasan/Pondok pesantren dilindungi oleh Hukum, beroprasi resmi dibawah Kemenkumham, berafiliasi dengan Kemenag dan Kemendiknas, menjunjung tinggi ketaatan kepada pemerintah NKRI dan kami menerima dengan senang hati dan tangan terbuka setiap upaya tabayyun (meminta penjelasan), dialog, cross chek berita dan informasi terkait pemahaman Ponpes Assunnah Cirebon. [ KD ]
Masukan untuk hal-hal yang sensitif, masalah tahlilan, yasinan, Maulid Nabi, doa bersama, mengucapkan sy’aidina kepada Nabi, qunut, zikir bersama, ziarah kubur dll kebiasan kaum muslimin Indonesia. Mari didiskusikan dulu oleh ulama secara tertutup sebelum mudah membid’ahkan melalui radio, tulisan atau lainnya. Agar hal seperti ini tidak terjadi lagi
Alhamdulillah, di Radio Kita FM permasalahan yang sensitif seperti tersebut di atas dibatasi dan tidak diangkat ke ranah publik. Semoga masyarakat senantiasa berlandaskan pada kacamata ilmiyah sesuai petunjuk dari Al-Quran dan Assunnah dalam menilai setiap persoalan terutama dalam bab permasalahan agama. Baarokallahu Fiikum.
assalamualaikum. wr. wb…
saya orang NU dan saya setuju dgn penjelasan diatas, tdk mudah menuding bidah,syirik atau yg lainya, beda pendapat itu rohmat, yg tdk boleh adalah saling mencela,melukai perasaan orang lain, yg tahlilal,muludan sholawatan bertasbih dll. biarlah mereka beribadah sesuai keyakinanya dan ilmu yg di pelajarinya. jngan dikatakan itu ajaran hindu,budha,nasrani konghucu dan lain2nya. saya dapat share di FB dari kader as sunnah dgn perkataan yg menurut saya sangat tidk bijaksana, menyakitkan perasaan masyarakat yg biasa tahlilan,sholawatan,muludan dll. saya kira kader as sunnah kurang bijaksana dlm mnyikapi perbedaan…
tolong kedepankan toleransi, kita sodara se iman, masalah surga neraka biarlah itu mutlak hak Allah SWT.
wassalamualikum. wr wb.